Sejarah SLiMS "Senayan Library Management System "
by SLIMS Community & Deka Adrianto Utomo | |||||
Senayan, atau lengkapnya Senayan Library Management System (SLiMS), adalah perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan (library management system) sumber terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3.
Aplikasi
web yang dikembangkan oleh tim dari Pusat Informasi dan Humas
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia ini dibangun dengan
menggunakan PHP, basis data MySQL, dan pengontrol versi Git. Pada tahun
2009, Senayan memenangi INAICTA 2009 untuk kategori open source.
Senayan
pertamakali di gunakan di Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional. Pengembangan Senayan dilakukan oleh SDC (Senayan Developers
Community). Di koordinir oleh Hendro Wicaksono, dengan Programmer
Arie Nugraha, Wardiyono. Sementara dokumentasi dikerjakan oleh
Purwoko, Sulfan Zayd, M Rasyid Ridho, Arif Syamsudin. Selain
itu, ada pula programmer dari Jerman Tobiaz Zeumer.
Menurut Hendro Wicaksono dan Arie Nugraha, anggota tim pengembang Senayan, program manajemen perpustakaan ini pertama kali dikembangkan pada November 2006. Waktu itu, para pengelola Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional di Jakarta tengah kebingungan karena program manajemen perpustakaan Alice habis masa pakainya. Alice adalah perangkat lunak bikinan Softlink sumbangan Pusat Kebudayaan Inggris, British Council.
Software
baru itu kemudian dikembangkan dengan General Public License, sistem
perizinan yang lazim digunakan dalam perangkat lunak berbasis sumber
terbuka. Perizinan ini mensyaratkan agar software tersebut harus dapat
digunakan, dipelajari, diubah, dan didistribusikan ke pihak lain secara
bebas.
Pada awalnya
Hendro dan Arie Nugraha, pustakawan lain di sana, mencari perangkat
lunak yang sudah jadi, tapi terbentur sejumlah masalah. Beberapa peranti
lunak, seperti PHP MyLibrary dan OpenBiblio, ternyata kurang serius
menerapkan prinsip pengembangan aplikasi dan basis data.
Dalam
basis data yang bagus, misalnya, tabel pengarang dan buku harus
terpisah. ”Nah, software yang ada waktu itu menggabungkan keduanya,
sehingga tabel itu jadi lebih rumit karena memuat data pengarang 1,
pengarang 2, dan seterusnya,” kata Hendro.
Teknologi yang digunakan dalam software itu pun umumnya memakai bahasa
pemrograman Perl dan C++ yang relatif lebih sulit dipelajari oleh para
pustakawan departemen yang tak punya latar belakang ilmu teknologi
informasi. Selain itu, beberapa perangkat lunak tersebut sudah tidak
aktif atau lama sekali tidak muncul versi terbarunya.
Karena
awalnya dikembangkan di perpustakaan yang berlokasi di kawasan Senayan
dan nama itu dirasa cocok dan punya nilai pasar yang bagus, aplikasi
sistem perpustakaan itu pun dinamai seperti tempat kelahirannya.
Senayan
berukuran kecil dan sangat mudah dipasang di komputer, baik yang
memakai sistem operasi Linux maupun Windows. ”Besar seluruh file
program, termasuk program Linux, kurang dari 1 gigabita,” kata Arie saat
menjaga gerai Senayan di pameran Global Conference on Open Source di
Hotel Shangri-La Jakarta, 27 Oktober lalu.
Meski
dibangun di atas platform GNU/Linux, Senayan bisa berjalan hampir di
semua sistem operasi komputer, termasuk Windows dan Unix. Untuk
memudahkan interaktivitas pengguna, aplikasi ini juga memakai teknologi
AJAX (Asynchronous JavaScript and XML) untuk tampilannya di peramban.
Beberapa software bersumber terbuka lain juga dipasang di Senayan untuk
memperkaya fiturnya, seperti genbarcode untuk pembuatan barcode,
PhpThumb untuk menampilkan gambar, dan tinyMCE untuk penyuntingan teks
berbasis web.
Yang
terpenting, Senayan dirancang sesuai dengan standar pengelolaan koleksi
perpustakaan, misalkan standar pengatalogan yang memenuhi syarat
Anglo-American Cataloging Rules. Standar ini umum dipakai di seluruh
dunia. ”Karena yang mengembangkan adalah para pustakawan, kami berani
menjamin bahwa aplikasi ini sesuai dengan standar yang dibutuhkan
pustakawan di dalam dunia kerjanya,” kata Hendro.
Untuk mengembangkan Senayan, Hendro dan Arie mengajak anggota di mailing list ISIS (
ics-isis@yahoogroups.com">
ics-isis@yahoogroups.com
)—kelompok diskusi para pustakawan pengguna perangkat lunak manajemen
perpustakaan milik UNESCO—bergabung. Beberapa pustakawan lain menanggapi
rencana mereka, bahkan turut membantu mengembangkan peranti lunak itu.
Jadilah
Senayan versi beta yang hanya beredar di kalangan pustakawan di
kelompok diskusi itu. Merekalah yang menguji dan kemudian memperbaiki
bolong-bolong dalam program tersebut. Akhirnya, setelah program itu
dirasa cukup stabil, Senayan dirilis ke publik pada November 2007,
bertepatan dengan ulang tahun Perpustakaan Departemen Pendidikan
Nasional yang ketiga.
Sebenarnya
Senayan belum sempurna saat itu, tapi Hendro merasa bahwa program ini
harus segera digunakan, terutama agar pustakawan di kantornya terbiasa
dengan program baru ini dan mempercepat migrasi dari Al-ice. ”Semula
kami pakai program Senayan dan Alice secara bersamaan, tapi ketika
pengunjung sedang ramai, para pustakawan cenderung memakai Al-ice.
Akhirnya kami matikan Alice sama sekali, dan mereka terpaksa hanya
memakai Senayan,” kata Hendro.
Seperti
yang mereka perkirakan sebelumnya, beberapa kegagalan terjadi ketika
program itu dijalankan. Arie, yang bertugas menjaga kelancaran migrasi
itu, mendapat keluhan bertubi-tubi dari para pengguna dan harus langsung
memperbaiki program itu.”Bugs (gangguan pada program) memang masih
banyak pada program awal ini,” kata Arie, yang kini menjadi dosen
teknologi informasi di almamaternya, Universitas Indonesia.
Tiga
bulan berikutnya, Hendro mengundang beberapa pustakawan yang aktif di
mailing list ISIS untuk menghadiri Senayan Developer’s Day—acara
perekrutan tenaga pengembang program itu. Dari acara tersebut,
terpilihlah empat nama:
Purwoko,
pustakawan Fakultas Geologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta;
Wardiyono, programer sebuah organisasi lingkungan; Sulfan Zayd,
pustakawan di Sekolah Mentari; dan Arif Syamsudin, pustakawan di Sekolah
Internasional Stella Maris.
Selama
tiga hari para pustakawan terpilih itu berkumpul dan berkonsentrasi
dalam penambahan fitur, perbaikan, dan pembaruan dokumen Senayan.
Hasilnya, mereka meluncurkan Senayan versi yang lebih stabil dan dokumen
program. Maret tahun berikutnya mereka berkumpul kembali dengan
kegiatan yang sama. Belakangan, mereka mendapat bantuan dari Tobias
Zeumer, programer di Jerman. Zeumer mengganti program multibahasa
Senayan dengan PHP Gettext, standar program multibahasa di lingkungan
peranti lunak sistem terbuka. ”Dia peduli pada pengembangan Senayan dan
salah satunya adalah menambahkan fitur bahasa Jerman pada Senayan,” kata
Hendro.
Selain terus
memperkaya Senayan, tim pengembang terus membuat paket program untuk
memudahkan pemasangan. Paket yang disebut Portable Senayan (psenayan)
ini berisi program Senayan, Apache (program untuk server), PHP, dan
MySQL. Pengguna tinggal mengopi, mengekstrak, dan langsung
menggunakannya pada komputer atau server masing-masing.
Ketika
dirilis pertama kali, Senayan baru diunduh 704 kali. Angka ini melonjak
menjadi 6.000 kali lebih pada Desember 2007 dan 11 ribu lebih Januari
2008. Sekarang pastinya lebih banyak dari itu.
Karena dapat
diunduh secara bebas, Hendro dan kawan-kawan tak tahu persis berapa
banyak pengguna aplikasi ini. Tapi sedikitnya ada sekitar 90
perpustakaan dan lembaga lain yang mengaku memakai Senayan, seperti
Pusat Studi Jepang UI, Perpustakaan Kedokteran Tropis UGM, Sekolah
Indonesia-Kairo di Mesir, Perpustakaan Indonesian Visual Art Archive,
Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta,
Rumah Sakit M.H. Thamrin Cileungsi, Institut Bisnis dan Informatika
Indonesia, serta Perpustakaan Umum Kabupaten Pekalongan.
Senayan
kini sudah berkembang jauh. Ia tak hanya menampilkan data buku, tapi
juga dapat menampilkan gambar, suara, buku elektronik, dan bahkan video.
Hendro dan timnya juga sedang mengembangkan agar setiap server pengguna
Senayan dapat saling ”bicara”, sehingga nanti dapat dibangun sebuah
gerbang pencarian data buku dalam jaringan yang dapat menelusuri semua
katalog. ”Nanti akan ada sebuah gerbang agar pencarian buku cukup
melalui satu situs saja,” kata Arie.
Pengembangan terus di lakukan oleh developer Senayan, sedangkan rilis terbayu dari senayan adalah Senayan 5. Selain itu, juga di rilis UCS dan Nayanes, untuk mempermudah pencarian buku dengan sekala luas.
Anda tertarik dengan senayan? Kunjungi situs resminya di http:/slims.web.id atau gabung di kumunitas facebook https://www.facebook.com/groups/senayan.slims/
Sumber: http://teknologi.sabhatansa.biz dengan edit ulang.
|
0 komentar: